RSS

Arsip Bulanan: Mei 2011

Kemanakah sebenarnya matahari pergi setelah terbenam?

“Diriwayatkan dari Abu Dzar Radhiyallahu Anhu berkata,
‘Suatu hari Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda,’Tahukah kamu ke mana matahari ini pergi?’Para sahabat menjawab,’Allah dan Rasulnya yang lebih mengetahui’. Lantas Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda,’Perjalanan matahari ini berakhir di suatu tempat yang telah ditetapkan di bawah ‘Arsy, lalu merebahkan diri untuk bersujud. Ia tetap berada dalam keadaan tersebut, sehinggalah diperintahkan kepadanya,’Bangunlah dan kembalilah ke tempat mana kamu datang.’Kemudian matahari kembali sehingga dia terbit dan berputar sebagaimana biasa. Matahari terus beredar lagi sehingga sampai di suatu tempat yang di tetapkan di bawah Arsy lalu merebahkan lagi dirinya untuk bersujud. Ia juga tetap berada dalam keadaan demikian hingga diperintahkan kepadanya,’Bangunlah dan kembalilah ke tempat mana kamu datang.’Matahari kembali lagi sehinggalah ia terbit dan berkeliling sebagaimana biasa tanpa diketahui oleh manusia dan berakhir pada tempat yang telah ditetapkan di bawah Arsy, lalu bersujud dan tetap dalam keadaan demikian, sehingga akhirnya diperintahkan kepadanya,’Bangunlah dan terbitlah di sebelah barat’. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam terus bersabda,’Tahukah kamu kapankah itu akan terjadi? Itu akan terjadi ketika tidak berfaidah lagi iman seseorang yang tidak beriman sebelumnya atau tidak berusaha mengerjakan kebaikan terhadap imannya’.”(Diriwayatkan Muttafaq Alaihi

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Mei 31, 2011 inci apa kata Rasulullah SAW, Stories

 

Kisah Sa’id bin Harits Berbuka Puasa Bersama Bidadari

Hisyam bin Yahya al-Kinaniy berkata, “Kami berperang melawan bangsa Romawi pada tahun 38 H yang dipimpin oleh Maslamah bin Abdul Malik. Dalam pertempuran itu ada di antara kami seorang lelaki yang bernama Sa’id bin Harits yang terkenal banyak beribadah, berpuasa di siang hari, dan shalat di malam hari.

Saya melihat orang itu adalah orang yang sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah, baik siang maupun malam hari. Jika dia tidak sedang melakukan shalat atau ketika kami berjalan-jalan bersama, saya lihat dia tidak pernah lepas dari berdzikir kepada Allah dan membaca Al-Qur’an.

Pada suatu malam ketika kami melakukan pergantian jaga (saat mengepung benteng Romawi), sungguh saat itu kami dibuat bingung olehnya. Saat itu saya katakan kepadanya, ‘Tidurlah sebentar karena kamu tidak tahu apa yang akan terjadi pada musuh. Jika terjadi sesuatu agar nantinya kamu dalam keadaan siaga.’

Lalu dia tidur di sebelah tenda sedangkan saya berdiri di tempatku berjaga. Di saat itu saya mendengar Said berbicara dan tertawa, lalu mengulurkan tangan kanannya seolah-olah mengambil sesuatu kemudian mengembalikan tangannya sambil tertawa. Kemudian ia berkata, ‘Semalam.’ Setelah berkata seperti itu tiba-tiba ia melompat dari tidurnya dan terbangun dan bergegaslah dia bertahlil, bertakbir, dan bertahmid.

Lalu saya bertanya kepadanya, ‘Bagus sekali, wahai Abul Walid (panggilan Sa’id), sungguh saya telah melihat keanehan pada malam ini. Ceritakanlah apa yang kau lihat dalam tidurmu.’

Dia berkata, ‘Aku melihat ada dua orang yang belum pernah aku lihat kesempurnaan sebelumnya pada selain diri mereka berdua. Mereka berkata kepadaku, ‘Wahai Sa’id, berbahagialah, sesungguhnya Allah swt. telah mengampuni dosa-dosamu, memberkati usahamu, menerima amalmu, dan mengabulkan doamu. Pergilah bersama kami agar kami menunjukkan kepadamu kenikmatan-kenikmatan apa yang telah dijanjikan oleh Allah kepadamu.’

Tak henti-hentinya Sa’id menceritakan apa-apa yang dilihatnya, mulai dari istana-istana, para bidadari, hingga tempat tidur yang di atasnya ada seorang bidadari yagn tubuhnya bagaikan mutiara yang tersimpan di dalamnya. Bidadari itu berkata kepadanya, “Sudah lama kami menunggu kehadiranmu.” Lalu aku berkata kepadanya, “Di mana aku?” Dia menjawab, “Di surga Ma’wa.” Aku bertanya lagi, “Siapa kamu?” Dia menjawab, “Aku adalah istrimu untuk selamanya.”

Sa’id melanjutkan ceritanya. “Kemudian aku ulurkan tanganku untuk menyentuhnya. Akan tetapi dia menolak dengan lembut sambil berkata, ‘Untuk saat ini jangan dulu, karena engkau akan kembali ke dunia.’ Aku berkata kepadanya, “Aku tidak mau kembali.” Lalu dia berkata, “Hal itu adalah keharusan, kamu akan tinggal di sana selama tiga hari, lalu kamu akan berbuka puasa bersama kami pada malam ketiga, insya Allah.”

Lalu aku berkata, “Semalam, semalam.” Dia menjawab, “Hal itu adalah semuah kepastian.” Kemudian aku bangkit dari hadapannya, dan aku melompat karena dia berdiri, dan saya terbangun.

Hisyam berkata, “Bersyukurlah kepada Allah, wahai saudaraku, karenaDia telah memperlihatkan pahala dari amalmu.” Lalu dia berkata, “Aapakah ada orang lain yang bermimpin seperti mimpiku itu?” Saya menjawab, “Tidak ada.” Dia berakta, “Dengan nama Allah, aku meminta kepadamu untuk merahasiakan hal ini selama aku masih hidup.” Saya katakan kepadanya, “Baiklah.”

Lalu Sa’id keluar di siang hari untuk berperang sambil berpuasa, dan di malam hari ia melakukan shalat malam sambil menangis. Sampai tiba saatnya, dan sampailah malam ketiga. Dia masih saja berperang melawan musuh, dia membabat musuh-musuhnya tanpa sekalipun terluka. Sedangkan saya mengawasinya dari kejauhan karena saya tidam mampu mendekatinya. Sampai pada saat matahari menjelang terbenam, seorang lelaki melemparkan panahnya dari atas benteng dan tepat mengenai tenggorokannya. Kemudian dia jatuh tersungkur, lalu dengan segera aku mendekati dia dan berkata kepadanya, “Selamat atas buka malammu, seandainya aku bisa bersamamu, seandainya….”

Lalu ia menggigit bibir bawahnya sambil memberi isyarat kepadaku dengan tersenyum. Seolah-olah dia berharap ‘Rahasiakanlah ceritaku itu hingga aku meninggal’. Kemudian dari bibirnya keluar kata-kata, “Segala puji bagi Allah yang telah menepati janjiNya kepada kami.” Maka demi Allah, dia tidak berucap kata-kata selain itu sampai dia meninggal.

Kemudian saya berteriak dengan suaraku yang paling keras, “Wahai hamba-hamba Allah, hendaklah kalian semua melakukan amalan untuk hal seperti ini,” dan aku ceritakan tentang kejadian tersebut. Dan orang-orang membicarakan tentang kisah itu dan mereka satu sama lain saling memberikan teguran dan nasihat. Lalu pada pagi harinya mereka bergegas menuju benteng dengan niat yagn tulus dan dengan hati yang penuh kerinduan kepada Allah swt. Dan sebelum berlalunya waktu Dhuha benteng sudah bisa dikuasai berkat seorang lelaki saleh itu, yaitu Sa’id bin Harits.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Mei 31, 2011 inci Stories

 

Perjalanan Rasulullah SAW ke surga dengan kedua tamunya

Di suatu pagi hari, Rasulullah SAW bercerita kepada para
sahabatnya, bahwa semalam beliau didatangi dua orang tamu. Dua tamu itu
mengajak Rasulullah untuk pergi ke suatu negeri, dan Rasul menerima ajakan
mereka. Akhirnya mereka pun pergi bertiga.

Ketika dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang yang tengah berbaring.
Tiba-tiba di dekat kepala orang itu ada orang lain yang berdiri dengan
membawa sebongkah batu besar. Orang yang membawa batu besar itu dengan serta
merta melemparkan batu tadi ke atas kepala orang yang sedang berbaring, maka
remuklah kepalanya dan menggelindinglah batu yang dilempar tadi. Kemudian
orang yang melempar batu itu berusaha memungut kembali batu tersebut. Tapi
dia tidak bisa meraihnya hingga kepala yang remuk tadi kembali utuh seperti
semula. Setelah batu dapat diraihnya, orang itu kembali melemparkan batu
tersebut ke orang yang sedang berbaring tadi, begitu seterusnya ia melakukan
hal yang serupa seperti semula.

Melihat kejadian itu, Rasulullah bertanya kepada dua orang tamu yang
mengajaknya, “Maha Suci Allah, apa ini?”

“Sudahlah, lanjutkan perjalanan!” jawab keduanya.

Maka mereka pun pergi melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, mereka
mendatangi seseorang lagi. Orang tersebut sedang terlentang dan di
sebelahnya ada orang lain yang berdiri dengan membawa gergaji dari besi.
Tiba-tiba digergajinya salah satu sisi wajah orang yang sedang terlentang
itu hingga mulut, tenggorokan, mata, sampai tengkuknya. Kemudian si
penggergaji pindah ke sisi yang lain dan melakukan hal yang sama pada sisi
muka yang pertama. Orang yang menggergaji ini tidak akan pindah ke sisi
wajah lainnya hingga sisi wajah si terlentang tersebut sudah kembali seperti
sediakala. Jika dia pindah ke sisi wajah lainnya, dia akan menggergaji wajah
si terletang itu seperti semula. Begitu seterusnya dia melakukan hal
tersebut berulang-ulang.

Rasulullah pun bertanya, “Subhanallah, apa pula ini?”

Kedua tamunya menjawab, “Sudah, menjauhlah!”

Maka mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Selanjutnya mereka
mendatangi sesuatu seperti sebuah tungku api, atasnya sempit sedangkan
bagian bawahnya besar, dan menyala-nyala api dari bawahnya. Di dalamnya
penuh dengan jeritan dan suara-suara hiruk pikuk. Mereka pun melongoknya,
ternyata di dalamnya terdapat para lelaki dan wanita dalam keadaan
telanjang. Dan dari bawah ada luapan api yang melalap tubuh mereka. Jika api
membumbung tinggi mereka pun naik ke atas, dan jika api meredup mereka
kembali ke bawah. Jika api datang melalap, maka mereka pun terpanggang.

Rasulullah kembali bertanya, “Siapa mereka?”

Kedua tamunya menjawab, “Menjauhlah, menjauhlah!”

Akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka mendatangi
sebuah sungai, sungai yang merah bagai darah. Ternyata di dalam sungai tadi
ada seseorang yang sedang berenang, sedangkan di tepi sungainya telah
berdiri seseorang yang telah mengumpulkan bebatuan banyak sekali. Setiap
kali orang yang berenang itu hendak berhenti dan ingin keluar dari sungai,
maka orang yang ditepi sungai mendatangi orang yang berenang itu dan
menjejali mulutnya sampai ia pun berenang kembali. Setiap kali si perenang
kembali mau berhenti, orang yang di tepi sungai kembali menjejali mulut si
perenang dengan bebatuan hingga dia kembali ke tengah sungai.

Rasulullah pun bertanya, “Apa yang dilakukan orang ini?!”

“Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya.

Maka mereka pun melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan kali ini, mereka
mendapatkan seseorang yang amat buruk penampilannya, sejelek-jeleknya orang
yang pernah kita lihat penampilannya, dan di dekatnya terdapat api. Orang
tersebut mengobarkan api itu dan mengelilinginya.

“Apa ini?!” tanya Rasulullah

“Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya.

Lalu mereka melanjutkan perjalanan lagi. Dalam perjalanan mereka menemukan
sebuah taman yang indah, dipenuhi dengan bunga-bunga musim semi. Di tengah
taman itu ada seorang lelaki yang sangat tinggi, hingga Rasulullah hampir
tidak bisa melihat kepala orang itu karena tingginya. Di sekeliling orang
tinggi itu banyak sekali anak-anak yang tidak pernah Rasul lihat sebegitu
banyaknya.

Melihat itu, Rasulullah kembali bertanya, “Apa ini? Dan siapa mereka?”

Kedua tamunya menjawab, “Menjauhlah, menjauhlah!”

Maka mereka pun pergi berlalu. Lalu mereka menyaksikan sebuah pohon yang
amat besar, yang tidak pernah Rasul lihat pohon yang lebih besar dari ini.
Pohon ini juga indah. Kedua tamu Rasul berkata, “Naiklah ke pohon itu!”

Lalu mereka pun memanjatnya. Rasul dituntun menaiki pohon dan dimasukkannya
ke dalam sebuah rumah yang sangat indah yang tak pernah Rasul lihat
seumpamanya. Di dalamnya terdapat lelaki tua dan muda. Lalu mereka sampai
pada sebuah kota yang dibangun dengan batu bata dari emas dan perak. Mereka
mendatangi pintu gerbang kota itu. Tiba-tiba pintu terbuka dan mereka
memasukinya. Mereka disambut oleh beberapa orang, sebagian mereka adalah
sebaik-baik bentuk dan rupa yang pernah kita lihat, dan sebagiannya lagi
adalah orang yang seburuk-buruk rupa yang pernah kita lihat. Kedua tamu yang
bersama Rasulullah berkata kepada orang-orang itu, “Pergilah, dan terjunlah
ke sungai itu!”

Ternyata ada sungai terbentang yang airnya sangat putih jernih. Mereka pun
segera pergi dan menceburkan dirinya masing-masing ke dalam sungai itu.
Kemudian mereka kembali kepada Rasululullah dan dua tamunya. Kejelekan serta
keburukan rupa mereka tampak telah sirna, bahkan mereka dalam keadaan
sebaik-baik rupa!

Lalu kedua orang tamu Rasulullah berkata, “Ini adalah Surga ‘Adn, dan inilah
tempat tinggalmu!”

“Rumah pertama yang kau lihat adalah rumah orang-orang mukmin kebanyakan,
adapun rumah ini adalah rumah para syuhada’, sedangkan aku adalah Jibril dan
ini Mika’il. Maka angkatlah mukamu (pandanganmu).”

Maka mata Rasulullah langsung menatap ke atas, ternyata sebuah istana bagai
awan yang sangat putih. Kedua tamu Rasulullah berkata lagi, “Inilah tempat
tinggalmu!”

Rasulullah berkata kepada mereka, “Semoga Allah memberkati kalian.”

Kedua tamu itu lalu hendak meninggalkan Rasulullah. Maka Rasulullah pun
segera ingin masuk ke dalamnya, tetapi kedua tamu itu segera berkata, “Tidak
sekarang engkau memasukinya!” [1]

“Aku telah melihat banyak keajaiban sejak semalam, apakah yang kulihat itu?”
tanya Rasulullah kepada mereka.

Keduanya menjawab, “Kami akan memberitakan kepadamu. Adapun orang yang
pertama kau datangi, yang remuk kepalanya ditimpa batu, dia itu adalah orang
yang membaca Al Qur’an tetapi ia berpaling darinya, tidur di kala waktu
shalat fardhu (melalaikannya). Adapun orang yang digergaji mukanya sehingga
mulut, tenggorokan, dan matanya tembus ke tengkuknya, adalah orang yang
keluar dari rumahnya dan berdusta dengan sekali-kali dusta yang menyebar ke
seluruh penjuru. Adapun orang laki-laki dan perempuan yang berada dalam
semacam bangunan tungku, maka mereka adalah para pezina. Adapun orang yang
kamu datangi sedang berenang di sungai dan dijejali batu, maka ia adalah
pemakan riba. Adapun orang yang sangat buruk penampilannya dan di sampingnya
ada api yang ia kobarkan dan ia mengitarinya, itu adalah malaikat penjaga
neraka jahannam.

Adapun orang yang tinggi sekali, yang ada di tengah-tengah taman, itu adalah
Ibrahim AS. Sedangkan anak-anak di sekelilingnya adalah setiap bayi yang
mati dalam keadaan fitrah.”

Lalu di sela-sela penyampaian cerita ini, para sahabat bertanya kepada
Rasulullah, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan anak orang-orang musyrik?”

Rasulullah menjawab, “Dan anak orang-orang musyrik.”

Lalu Rasulullah SAW melanjutkan ceritanya.

Adapun orang-orang yang sebagian mukanya bagus, dan sebagian yang lain
mukanya jelek, mereka itu adalah orang-orang yang mencampuradukan antara
amalan shalih dan amalan buruk, maka Allah mengampuni kejelekan mereka. []

*Maraji’: Riyadhush Shalihin*

_______________
*Catatan kaki:*

[1] Dalam hadits riwayat Bukhari lainnya, dikisahkan bahwa kedua tamu
Rasulullah itu mengatakan kepada Rasulullah SAW, “Kamu masih memiliki sisa
umur yang belum kamu jalani, jika kau telah melaluinya maka kau akan masuk
rumahmu.” (HR. Bukhari)

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Mei 31, 2011 inci Stories

 

Tag:

Kisah Malaikat Hafadzah membawa amal manusia ke langit

Ibnu Mubarak menceritakan bahwa Khalid bin Ma’dan RA berkata kepada Muadz RA, Mohon diceritakan hadits Rasulullah yang engkau hafal dan yang engkau anggap paling berkesan. Hadits manakah menurut Tuan?”

Jawab Muadz : “Baiklah, akan aku ceritakan.”

Selanjutnya, sebelum bercerita, beliau menangis. Kemudian kata beliau : “Ehm, rindu sekali aku dengan Rasulullah, rasa-rasanya ingin segera bertemu.” Kata beliau selanjutnya: “Tatkala aku menghadap Rasulullah, beliau menunggang unta dan menyuruhku agar naik di belakang beliau.
Kemudian berangkatlah kami dengan kendaraan itu. Selanjutnya beliau menengadah kelangit dan bersabda:

“Puji syukur kehadirat Allah yang berkehendak atas makhluknya, ya Muadz!”

Jawabku: “Ya, Sayyidul Mursalin.”

Kata beliau selanjutnya: “Sekarang aku akan mengisahkan satu cerita kepadamu. Apabila engkau hafalkan, akan sangat berguna bagimu. Tetapi jika kau anggap remeh, maka kelak di hadapan Allah engkau tidak mempunyai hujjah.”

“Hai Muadz! Sebelum menciptakan langit dan bumi, Allah telah menciptakan tujuh malaikat. Pada setiap langit terdapat seorang malaikat penjaga pintu dan setiap pintu langit dijaga oleh seorang malaikat, menurut derajat pintu dan keagungannya.”

“Dengan demikian, malaikatlah yang memelihara amal si hamba. Kemudian sang pencatat membawa amalan si hamba ke langit dengan kemilau cahaya bak matahari.”

“Sesampainya pada langit tingkat pertama, malaikat Hafadzah memuji amalan-amalan itu. Tetapi setibanya pada pintu langit pertama, malaikat penjaga pintu berkata pada malaikat Hafadzah :
“Tamparkan amal ini ke muka pemiliknya. Aku adalah penjaga orang-orang yang suka MENGUMPAT. Aku diperintahkan agar menolak amalan orang yang suka mengumpat. Untuk mencapai langit berikutnya aku tidak mengizinkan ia melewatiku.”

Keesokan harinya, kembali malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amal shalih yang berkilau, yang menurut malaikat Hafadzah sangat banyak dan terpuji. Sesampainya ke langit kedua (ia lolos dari langit pertama, sebab pemiliknya bukan pengumpat), penjaga langit kedua berkata :
“Berhenti, dan tamparkan amal itu ke wajah pemiliknya. Sebab ia beramal dengan MENGHARAP DUNIA. Allah memerintahkan aku agar amalan itu tidak sampai ke langit berikutnya.”
Maka para malaikat melaknat orang itu.

Hari berikutnya, kembali malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amalan seorang hamba yang sangat memuaskan, penuh sedekah, puasa, dan berbagai kebaikan, yang oleh malaikat Hafadzah dianggap sangat mulia dan terpuji. Sesampainya di langit ketiga, malaikat penjaga berkata:
“Berhenti! Tamparkan amal itu ke wajah pemiliknya. Aku malaikat menjaga KIBR (SOMBONG). Allah memerintahkan aku agar amalan semacam ini tidak melewati pintuku dan tidak sampai ke langit berikutnya. Itu karena salahnya sendiri, ia takabbur di dalam majlis.”

Singkatnya, malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amal hamba lainnya. Amalan itu bersifat bak bintang kejora, mengeluarkan suara gemuruh, penuh dengan tasbih, puasa, shalat, ibadah haji, dan umrah. Sesampainya di langit keempat, malaikat penjaga langit berkata :
“Berhenti! Tamparkan amal itu ke wajah pemiliknya. Aku adalah malaikat penjaga UJUB. Allah memerintahkan ku agar amal ini tidak melewatiku. Sebab amalnya selalu disertai ujub.

Kembali malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amal hamba yang lain. Amalan itu sangat baik dan mulia, jihad, haji, umrah, sehingga berkilauan bak matahari. Sesampainya pada langit kelima, malaikat penjaga mengatakan :
“Aku malaikat penjaga sifat HASAD. Meskipun amalannya bagus, tetapi ia suka iri dengki dengan orang lain yang mendapatkan kenikmatan dari Allah SWT, berarti ia membenci yang meridhoi, yakni Allah. Aku diperintahkan Allah agar amalan semacam ini tidak melewati pintuku.”

Lagi, malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amal seorang hamba. Ia membawa amalan berupa wudhu yang sempurna, shalat yang banyak, puasa, haji, dan umrah. Sesampainya di langit keenam, malaikat penjaga berkata :
“Aku malaikat penjaga Rahmat. Amal yang kelihatan bagus ini tamparkan ke mukanya. Selama hidup ia tidak pernah mengasihi orang lain, bahkan apabila ada orang ditimpa musibah ia merasa senang. Aku diperintahkan Allah agar amal ini tidak melewatiku, dan agar tidak sampai ke langit berikutnya.”

Kembali malaikat Hafadzah naik ke langit. Dan kali ini adalah langit ke tujuh. Ia membawa amalan yang tidak kalah baik dari yang lalu. Seperti sedekah, puasa, shalat, jihad, dan wara’. Suaranya pun menggeledek bagaikan petir menyambar-nyambar, bercahaya bak kilat. Tetapi sesampainya di langit ke tujuh, malaikat penjaga berkata :
“Aku malaikat penjaga SUM’AH (sifat ingin terkenal). Sesungguhnya pemilik amal ini menginginkan keteneran dalam setiap perkumpulan, menginginkan derajat tinggi di kala berkumpul dengan kawan sebaya, ingin dapat pengearuh dari para pemimpin. Aku diperintahkan Allah agar amal ini tidak melewatiku dan sampai kepada yang lain. Sebab ibadah yang tidak karena Allah adalah RIYA’. Allah tidak menerima ibadah orang-orang riya’.

Kemudian malaikat Hafadzah membawa amalan berupa shalat, puasa, haji, umrah, akhlaq mulia, pendiam, suka berdzikir kepada Allah. Dengan diiringi para malaikat, malaikat Hafadzah sampai kelangit ketujuh hingga menembus hijab-hijab dan sampailah di hadapan Allah SWT.
Para malaikat berdiri di depan Allah.
Semua malaikat menyaksikan amal ibadah itu dilakukan hambanya dgn shahih dan I K H L A S K A R E N A A L L A H SWT

Kemuadian Allah berfirman :
“Hai Hafadzah, malaikat pencatat amal hamba-Ku, Aku lah Yang Mengetahui isi hatinya. Ia beramal bukan untuk Aku, tetapi diperuntukkan bagi selain Aku, bukan diniatkan dan diikhlashkan untuk Ku. Aku lebih mengetahui dari pada kalian. Aku laknat mereka yang telah menipu orang lain dan juga menipu kalian (para malaikat Hafadzah). Tetapi Aku tidak tertipu olehnya.”

“Aku lah Yang Maha Mengetahui hal-hal ghaib. Aku Mengetahuisegala isi hatinya, dan yang samar tidaklah samar bagi Ku. Setiap yang tersembunyi tidak tersembunyi bagi Ku. Pengetahuan Ku atas segala yang telah lewat sama dengan yang akan datang. Pengetahuan Ku atas orang-orang terdahulu sama dengan Pengetahuan Ku atas orang-orang kemudian”.

“Aku lebih mengetahui atas segala sesuatu yang samar dan rahasia. Bagaimana bisa hamba Ku menipu dengan amalnya. Bisa mereka menipu sesama makhluk, tetapi Aku Yang Mengetahui hal-hal yang ghaib. Aku tetap melaknatnya.”

Tujuh malaikat di antara tiga ribu malaikat berkata : “Ya Tuhan, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami atas mereka.”
Kemudian semua yang berada di langit mengucapkan: : “Tetaplah laknat Allah kepadanya, dan laknat orang yang melaknat.”

Sayyidina Muadz (yang meriwayatkan hadits ini) kemudian menangis tersedu-sedu. Selanjutnya berkata : “Ya Rasulullah, bagaimana aku bisa selamat dari semua yang baru engkau ceritakan itu ?”

Jawab Rasulullah : “Hai Muadz, ikutilah Nabimu dalam masalah keyakinan.”

Tanyaku lagi : “Engkau adalah Rasulullah, sedang aku hanyalah Muadz bin Jabal. Bagaimana aku bisa selamat dan terlepas dari bahaya tersebut?”

Bersabda Rasulullah : “Memang begitulah, bila ada kelengahan dalam amal ibadahmu, maka
JAGALAH MULUTMU JANGAN SAMPAI MENJELEKAN ORANG LAIN, TERUTAMA KEPADA SESAMA ULAMA. INGATLAH DIRI SENDIRI TATKALA HENDAK MENJELEKAN ORANG LAIN, SEHINGGA SADAR BAHWA DIRIMU PUN PENUH AIB. JANGAN MENUTUPI KEKURANGAN DAN KESALAHANMU DENGAN MENJELEKAN ORANG LAIN. JANGAN MENGORBITKAN DIRI DENGAN MENEKANKAN DAN MENJATUHKAN ORANG LAIN. JANGAN RIYA’ DALAM BERAMAL, DAN JANGAN MEMENTINGKAN DUNIA DENGAN MENGABAIKAN AKHIRAT. JANGAN BERSIKAP KASAR DI DALAM MAJLIS AGAR ORANG TAKUT DENGAN KEBURUKAN AKHLAKMU. JANGAN SUKA MENGUNGKIT-UNGKIT KEBAIKAN. DAN JANGAN MENGHANCURKAN PRIBADI ORANG LAIN, KELAK ENGKAU AKAN DIROBEK-ROBEK DAN DIHANCURKAN OLEH ANJING JAHANNAM, sebagaimana firman Allah :
“…dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut, ….” (An Naziat : 2)
Tanyaku selanjutnya, “Ya Rasulullah, siapa yang bakal kuat menanggung penderitaan berat itu?”
Jawab Rasulullah saw : “Muadz yang aku ceritakan tadi akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah. Engkau harus mencintai orang lain sebagaimana engkau menyayangi dirimu. Dan bencilah terhadap apa yang engkau benci. Jika demikian engkau selamat.”

Khalid bin Ma’dan RA meriwayatkan : “Sayyidina Muadz sering membaca hadits ini seperti seringnya membaca Al Quran, dan mempelajari hadits ini sebagaimana mempelajari Al Quran di dalam majlis.” (lihat Kitab Al Ittihaf halaman 226 jilid VIII, Khalid adalah seorang yang terpercaya dan “bid” berasal dari Syam Siria).

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Mei 31, 2011 inci Stories

 

Tag:

Anak Lelaki Khalifah Harun Ar Rasyid

Khalifah Harun Ar Rasyid mempunyai seorang anak laki-laki yang berumur sekitar 16 tahun. Ia banyak duduk di majlis orang-orang zuhud dan wara’. Ia juga sering berziarah ke pemakaman. Ketika sampai di pemakaman, ia berkata, “Ada masanya kalian tinggal di dunia ini dan sebagai tuannya. Akan tetapi ternyata dunia tidak melindungi kalian sehingga kalian sampai ke dalam kubur. Seandainya aku mengetahui apa yang menimpa kalian sekarang ini, tentu aku ingin mengetahui apa yang kalian katakan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada kalian. Kemudian ia membaca syair ini:

“Pemakaman menakutkanku setiap hari. Suara tangisan dan ratapan wanita yang berduka cita membuatku sedih.”

Pada suatu hari, ia datang ke istana ayahnya, Harun Ar Rasyid. Pada waktu itu, semua menteri dan para pejabat kerajaan beserta tamu-tamu terhormat lainnya sedang berkumpul bersama raja, sedangkan anak laki-laki tersebut hanya mengenakan kain yang sangat sederhana dengan surban dikepalanya. Ketika orang-orang istana melihat dirinya dalam keadaan seperti itu, mereka saling berkata, “Tingkah laku anak gila ini menghina Amirul Mukminin di hadapan para bangsawan. Jika Amirul Mukminin menasehati dan mengingatkannya, mungkin ia akan berhenti dari kebiasaannya gilanya itu.” Begitu mendengar perkataan mereka, Amirul Mukminin berkata kepada anak laki-lakinya, “Wahai anakku sayang, engkau telah mempermalukan diriku di hadapan para bangsawan.” Mendengar kata-kata itu, ia tidak menjawab sepatah katapun atas perkataan ayahnya, tetapi ia memanggil seekor burung yang bertengger di ruangan tersebut dan berkata, “Demi Dzat yang menciptakanmu, terbang dan hinggaplah di atas tanganku.” Burung itupun terbang dan hinggap di atas tangannya. Kemudian ia berkata, “Sekarang, kembalilah ke tempatmu.” Maka terbanglah burung itu lalu kembali ke tempatnya. Setelah itu ia berkata, “Ayahku, sebenarnya kecintaanmu kepada dunia itulah yang telah menghinakan diriku. Sekarang aku telah bertekad untuk berpisah denganmu.” Setelah berkata demikian, anak tersebut pergi meninggalkan istana. Ia pergi hanya membawa Al Quran. Ibunya memberinya sebuah cincin yang sangat mahal agar dapat digunakan pada saat memerlukan.

Ia berjalan dari istana hingga tiba di Bashrah. Ia mulai bekerja sebagai buruh. Tetapi dalam satu minggu, ia hanya bekerja selama satu hari, yakni pada hari sabtu. Hasil jerih payahnya selama sehari ia gunakan untuk keperluan hidupnya selama seminggu. Kemudian pada hari ke delapan, yakni pada hari sabtu, ia bekerja lagi. Ia hanya menerima upah sebesar satu dirham, dan untuk keperluan setiap harinya, ia menggunakannya sebesar satu danaq (seperenam dirham). Ia tidak mau mengambil lebih atau kurang dari upah tersebut.

Kisah selanjutnya diceritakan oleh Abu Amir Bashri rah a. Ia berkata, “Ketika sebelah rumahku roboh, aku memerlukan seorang tukang batu untuk memperbaiki rumahku. Ada seseorang yang memberitahu aku bahwa ada seorang anak laki-laki yang dapat memperbaiki rumah. Maka aku segera mencarinya. Di luar kota, aku melihat seorang anak muda tampan yang sedang duduk membaca Al Quran. Di sisinya terletak sebuah tas kecil. Aku bertanya kepadanya, ‘Wahai anakku, apakah engkau mau bekerja sebagai buruh?’ Ia menjawab, ‘Mengapa tidak, kita diciptakan memang untuk bekerja. Katakan kepadaku apa yang harus aku kerjakan?’ Aku berkata, ‘Memperbaiki bangunan.’ Ia berkata, ‘Aku bersedia asalkan aku mendapat upah satu dirham dan satu danaq sehari, dan pada waktu shalat aku tidak bekerja. Aku harus mengerjakan shalat.’ Aku menerima syaratnya. Kemudian aku membawanya ke rumah dan menyuruhnya bekerja. Ketika saat shalat Maghrib tiba, aku sangat terkejut, karena ternyata ia telah menyelesaikan pekerjaan dengan baik, pekerjaan yang dapat dilakukan oleh sepuluh orang. Aku memberinya upah dua dirham, akan tetapi ia tidak mau menerimanya, karena melebihi dari syarat yang telah ia ajukan. Ia hanya mau mengambil satu dirham dan satu danaq, lalu pergi.

Karena merasa penasaran, pada hari berikutnya aku keluar mencarinya, tetapi ia tidak kutemukan. Aku bertanya kepada orang-orang dengan menerangkan ciri-ciri anak muda tersebut, kalau-kalau ada yang mengetahuinya. Orang-orang memberitahuku bahwa anak tersebut hanya bekerja pada hari sabtu. Selain hari tersebut, tidak ada seorang pun yang dapat menemukannya. Karena merasa puas dengan pekerjaan anak muda tersebut, aku memutuskan untuk menunda pembangunan dinding rumahku pada hari sabtu mendatang dengan meminta bantuan kepada anak muda tersebut. Pada hari sabtu, aku mencarinya lagi dan kudapati ia sedang membaca Al Quran sebagaimana biasanya. Aku mengucapkan salam kepadanya dan menanyakan apakah ia bersedia bekerja lagi di tempatku dengan syarat yang sama dengan hari sabtu yang lalu. Ia berangkat bersamaku dan mulai mengerjakan dinding rumahku lagi.

Aku masih merasa sangat penasaran dengan pekerjaan anak muda tersebut, bagaimana mungkin ia mampu mengerjakan sendiri sebuah pekerjaan yang biasa dilakukan oleh sepuluh orang pekerja. Maka, ketika ia mengerjakan pekerjaannya, dengan diam-diam aku mengintipnya. Betapa terkejutnya ketika aku melihat apa yang dilakukannya. Ketika ia mengaduk semen dan meletakkannya di dinding, batu-batu itu menyatu dengan sendirinya. Maka aku sadar dan yakin bahwa anak muda tersebut bukanlah pemuda biasa, akan tetapi seorang kekasih Allah. Sebagaimana hamba-hamba-Nya yang khusus, dalam melakukan pekerjaannya, pemuda tersebut selalu mendapat bantuan dari Allah secara ghaib.

Pada sore harinya aku hendak memberinya upah sebesar tiga dirham, akan tetapi ia tidak mau menerimanya. Ia hanya mengambil satu dirham dan satu danaq, kemudian pergi. Aku menunggunya lagi selama seminggu. Dan pada hari sabtu, aku keluar mencarinya. Akan tetapi aku tidak menemukannya. Aku memperoleh berita dari seseorang yang mengatakan bahwa pemuda tersebut sedang sakit. Tiga hari lamanya ia jatuh sakit. Kemudian aku minta tolong kepada seseorang untuk mengantarkan aku ke tempat pemuda yang sedang menderita sakit itu. Sesampainya di tempat tinggalnya, ternyata pemuda itu tengah berbaring tak sadarkan diri di atas tanah, kepalanya berbantalkan separuh potongan batu bata. Ketika aku memberi salam padanya, ia tidak menjawab. Maka aku mengucapkan salam sekali lagi. Ia membuka matanya sedikit dan mengenaliku. Aku segera mengangkat kepalanya dari batu bata itu dan meletakkannya di atas pangkuanku. Tetapi ia menarik kepalanya dan membaca beberapa bait syair, dua di antaranya adalah :

Wahai kawanku, janganlah engkau terperdaya oleh kenikmatan dunia. Karena hidupmu akan berlalu. Kemewahan hanyalah untuk sekejap mata.

Dan apabila engkau mengusung jenazah ke pemakaman, ingatlah suatu hari engkau pun akan diusung ke pemakaman.

Setelah mengucapkan syair tersebut, ia berkata, “Wahai Abu Amir, jika ruhku telah keluar dari tubuhku, mandikanlah aku, dan kafanilah aku dengan pakaian ini. Aku menyahut, “Wahai sayang, aku tidak keberatan membelikan kain kafan yang baru untukmu.” Ia menjawab, “Orang yang masih hidup lebih memerlukan pakaian yang baru daripada orang yang meninggal (sama dengan ucapan Abu Bakar Ash Shiddiq ra ketika hendak meninggal dunia). Anak itu menambahkan, “Kain kafan yang baru ataupun usang akan segera membusuk. Apa yang tinggal bersama seseorang setelah kematiannya hanyalah amal perbuatannya. Berikanlah sarung dan cerekku ini kepada penggali kubur sebagai upahnya. Al Quran dan cincin ini tolong sampaikan langsung kepada Khalifah Harun Ar Rasyid dan sampaikan kepadanya pesanku, ‘Wahai ayah, jangan sampai engkau meninggal dalam keadaan lalai dan tertipu oleh dunia.” Dengan keluarnya kata-kata tersebut dari bibirnya, pemuda itu pun meninggal dunia. Dan pada saat itulah aku menyadari bahwa ternyata ia adalah seorang Pangeran, Putra Mahkota.

Setelah putra mahkota itu meniggal dunia, aku pun memandikannya, mengkafaninya, dan memakamkannya sesuai dengan wasiatnya. Kedua benda berupa sarung dan cerek aku berikan kepada penggali kubur. Kemudian aku pergi ke Baghdad dengan membawa Al Quran dan cincin untuk aku serahkan kepada Khalifah Harun Ar Rasyid. Sungguh aku sangat beruntung, ketika aku sampai di pintu gerbang istana khalifah, pasukan raja sedang keluar dari istana khalifah. Aku pun berdiri di tempat yang tinggi. Mula-mula keluar pasukan berkuda yang sangat besar, yakni berjumlah 1000 tentara. Setelah itu keluar lagi sepuluh pasukan berkuda, masing-masing pasukan berjumlah 1000 tentara. Amirul Mukminin sendiri berada di dalam pasukan yang kesepuluh. Dengan kerasnya aku berseru, “Wahai Amirul Mukminin, demi kekerabatanmu dengan Rasulullah saw, berhentilah sebentar!” Mendengar suaraku itu, ia melihat kepadaku. Maka dengan cepat aku maju kea rah Amirul Mukminin dan berkata, “Ini adalah titipan seorang laki-laki asing kepadaku. Ia berwasiat agar aku menyampaikan dua macam benda ini langsung kepada engkau.” Bagitu melihatnya, raja pun mengenalinya dan menundukkan kepala sesaat. Air matanya mengalir dari kedua matanya. Kemudian khalifah menyuruh pengurus istana untuk mengantarku ke istana.

Setelah khalifah kembali pada sore harinya, khalifah memerintahkan pengurus istana untuk menutup semua tabir istana dan berkata kepada penjaga pintu, “Panggil orang itu, walaupun ia akan membengkitkan kembali kesedihanku.” Penjaga pintu datang kepadaku dan berkata, ‘Amirul Mukminin memanggilmu. Tetapi ingat, Amirul Mukminin sedang berduka. Jika engkau ingin menyampaikan sesuatu dalam sepuluh kata, cobalah disampaikan dalam lima kata saja.’ Setelah berkata demikian, ia membawaku menemui Amirul Mukminin. Pada waktu itu Amirul Mukminin duduk seorang diri. Ia berkata kepadaku, ‘Mendekatlah kepadaku.’ Aku pun duduk di dekat khalifah. Lalu khalifah berkata, ‘Apakah engkau mengenal anakku?’ Aku menjawab, ‘Betul, aku mengenalnya.’ Khalifah bertanya, ‘Pekerjaan apakah yang ia lakukan?’ Aku menjawab, ‘Ia bekerja sebagai tukang batu.’ Khalifah bertanya, ‘Apakah engkau juga pernah mempekerjakannya sebagai tukang batu?’ Aku menjawab, ‘Ya, pernah.’ Khalifah bertanya lagi, ‘Apakah engkau tidak tahu bahwa ia masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan Rasulullah saw?’ (Harun Ar Rasyid adalah keturunan Abbas ra, paman Nabi Muhammad saw). Aku berkata, ‘Amirul Mukminin, terlebih dahulu aku memohon ampunan dari Allah SWT, setelah itu aku memohon maaf kepadamu. Pada waktu itu aku belum mengetahui kalau ia masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan Rasulullah saw. Aku baru mengetahuinya ketika ia hendak meninggal dunia.’ Khalifah bertanya, ‘Apakah engkau memandikannya dengan tanganmu sendiri?’ Aku menjawab, ‘Benar. Khalifah berkata, ‘Ulurkan tanganmu!’ Ia menarik tanganku, kemudian menempelkan di dadanya dambil membaca beberapa syair yang artinya:

Wahai engkau yang menjauh dariku,

Hatiku larut dalam kesedihan karenamu

Mataku mencucurkan air mata penderitaan

Wahai engkau yang jauh kuburnya

Terlalu jauh, tetapi kesedihanmu lebih dekat di hatiku

Benar, kematian itu membingungkan kesenangan yang tertinggi di dunia

Wahai anakku yang menjauh dariku

Enakau bagai bulan purnama yang tergantung di atas dahan perak

Bulan telah menetap di kubur

Sedang dahan perak menjadi debu

Setelah melantunkan syair di atas, Harun Ar Rasyid ingin pergi ke Bashrah untuk menziarahi makam anaknya. Abu Amir pun menyertainya. Begitu sampai di makam anaknya, Harun Ar Rasyid membaca beberapa bait syair yang artinya sebagai berikut:

Wahai musafir ke alam yang tidak diketahui

Engkau takkan kembali ke rumah

Maut dengan cepat telah merenggutmu pada awal masa remajamu

Wahai penyejuk mataku, engkaulah pelipur laraku

Kediaman hatiku di kesunyian

Engkau telah merasakan racun kematian

Yang seharusnya ayahmulah yang meminumnya di usia tua

Sungguh, setiap orang akan merasakan kematian

Apakah ia seorang pengembara, atau seorang penduduk kota

Segala puji bagi Allah Yang Esa, Yang tidak mempunyai sekutu

Karena ini adalah bukti keputusan-Nya

Abu Amir rah a berkata, “Pada malam harinya, ketika aku telah menyelesaikan wirid-wiridku, aku tertidur. Dalam tidurku, aku bermimpi melihat sebuah istana yang berkubah dari nur, yang di atasnya terdapat awan dari nur yang menaunginya. Kemudia awan itu hilang, dan anak itu memanggilku sambil berkata, ‘Wahai Abu Amir, semoga Allah memberimu balasan yang lebih baik karena engkau telah memandikan, mengkafani, memakamkan aku, dan telah menunaikan semua wasiatku. Aku bertanya kepadanya, ‘Wahai kekasihku, bagaimana keadaanmu, apa yang engkau alami?’ Ia berkata, ‘Aku telah sampai ke hadapan Tuhan Yang Maha Pemurah dan Dia sangat ridha kepadaku.’ Al Malik telah memberi tahu kepadaku bahwa aku memdapatkan sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata manusia, tidak pernah terdengar oleh telinga manusia, dan akal tidak dapat memikirkannya.

Kemudian ruh pemuda tersebut berkata kepadaku dalam mimpiku, “Allah SWT telah berjanji kepadaku, Dia bersumpah dengan keagungan-Nya bahwa Dia akan menganugerahkan kenikmatan, kehormatan, dan karunia semacam itu kepada semua hamba-Nya yang keluar dari dunia seperti aku.’

Penulis kitab Raudh mengatakan bahwa ia juga mendapatkan cerita yang sama secara keseluruhan dari sanad yang lain. Di dalamnya juga diterangkan bahwa seseorang bertanya kepada Harun Ar Rasyid mengenai keadaan anak itu. Ia menjawab, ‘Anakku lahir sebelum aku menjadi raja. Ia mendapat didikan adab yang sangat baik, ia telah belajar Al Quran dan ilmu-ilmu lain. Ketika aku menjadi raja, ia pergi meninggalkan aku. Ia tidak pernah mengambil manfaat dari duniaku. Ketika ia hendak pergi, akulah yang berkata kepada ibunya agar ia diberi sebuah cincin mutiara yang sangat indah dan mahal harganya. Akan tetapi ia tidak pernah menggunakannya, bahkan ketika menjelang wafat, ia mengembalikannya. Anak ini sangat patuh kepada ibunya.” (Raudh)

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Mei 31, 2011 inci Stories

 

Ujian

Hidup…sebenarnya adalah..perpindahan dari ujian yang satu kepada ujian berikutnya.. krn dgn itulah cara اَللّهُ untuk menguji hambaNya.. kita smua sdh tau secara teori,tetapi terkadang lupa krn rutinitas kesibukan duniawi yang tengah kita jalani.. disinilah kita berbagi dan saling mengingatkan… ujian tidak hanya kesedihan,bahkan kebahagiaan juga adalah ujian yang lebih berat karena seringkali membuat kita lalai akan hakikat ujian itu sendiri…
ujian harta… اَللّهُ ingin tau seberapa banyak kita bersyukur dan seberapa banyak hartanya digunakan untuk berbagi dgn sesama…dan seberapa bnyk diinfaqkan di jalan اَللّهُ atau seberapa bnyk digunakan untuk maksiyat …

ujian kecerdasan akal dan ketinggian ilmu… اَللّهُ ingin tau.. untuk apakah kepandaiannya digunakan..untuk kemaslahatan ummat dengan penuh kesyukuran atau untuk kesombongan yang berujung riyya dan ujub…

ujian penyakit.. اَللّهُ ingin tau.. seberapa dalam ia mengingat maut dan seberapa bnyk ikhtiar yang dilakukan.. akankah berakhir dengan putus asa ataukah melahirkan rasa kepasrahan dan keikhlasan yang smakin bertambah…

ujian jabatan.. اَللّهُ ingin tau..seberapa amanah ia mengemban tugas demi kepentingan ummat ataukah digunakan untuk kepentingan pribadinya…

ujian kehilangan harta atau keluarga.. اَللّهُ ingin tau.. seberapa ikhlas ia menerima takdir اَللّهُ dan seberapa jauh ia menyadari bhw semua ini fana dan akan diambil اَللّهُ pd waktunya… termasuk diri kita sendiri yang akan pulang tanpa membawa harta dan tanpa ditemani siapapun kecuali amal shaleh…

Masih banyak bentuk Ujian yang akan kita temui sampai kita wafat dan ditanya tentang semua perbuatan kita.. hidup mengajari kita tentang makna bersyukur di fajar hari..juga tentang kerja keras di teriknya siang..tetap tersenyum saat senja menjelang..serta merasa damai ketika terlelap dlm malam.. اَللّهُ Tau betapa lelahnya raga kita hari ini…Dia jg tau berkurangnya jatah santai yang seharusnya kita nikmati krn perjuangan kita..tetapi kita harus tetap tersenyum dan senyum ikhlas kita akan berbuah keberkahan tiada tara dari اَللّهُ سبحانه و تعالي …

By Umm Jauza Al-Arif

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Mei 31, 2011 inci Renungan

 

Tergesa gesa adalah perbuatan setan

“Tergesa-gesa adalah termasuk perbuatan setan,” begitu kata Nabi (HR Tirmidzi)

Bukan akhlak seorang mukmin berbicara dengan lidah yang tidak sesuai kandungan hatinya. Ketenangan (sabar dan berhati-hati) adalah dari Allah dan tergesa-gesa (terburu-buru) adalah dari setan. (HR. Asysyihaab)

Sering orang naik motor atau mobil dengan ngebut. Padahal bedanya paling cuma 15 menit lebih cepat dibanding dengan mengemudi biasa sambil hati-hati. Namun ngebut tersebut bukannya mempercepat, tapi justru bisa menimbulkan masalah. Bisa tabrakan, bisa mati, atau paling tidak lecet.

Saat saya jalan pagi, ada pengendara sepeda motor bukannya memperlambat motornya karena berada di pertigaan, tapi justru menggas dan mempercepat jalan motornya. Tidak sampai 50 meter, ternyata di balik pertigaan muncul mobil kijang. Motor itu pun menabrak mobil tersebut.

Bukannya sampai di tujuan lebih cepat, pengemudi motor tersebut dimaki-maki pengendara mobil yang ditabraknya. Pengemudi mobil mengambil kunci motornya. Bukannya lebih cepat sampai (paling cuma 15 menit lebih cepat), paling tidak pengendara motor tersebut justru kehilangan waktu beberapa jam hingga hari untuk mendapatkan kunci motornya kembali.

Ada pula pengemudi motor yang mengebut. Mobil yang mau berbelok ke kanan untuk masuk ke rumahnya, justru berusaha disusul lewat sebelah kanan sehingga memakan jalur lalu lintas di sebelahnya. Akibatnya motor pun menabrak mobil tersebut sehingga mobil tersebut penyok berat di sisi pintu sopirnya.

Seorang wanita yang membonceng di motor tersebut terjatuh ke aspal dan berteriak-teriak kesakitan tidak bisa berdiri atau berjalan. Terpaksa dimasukkan ke dalam mobil untuk dibawa ke rumah sakit terdekat.

Itulah beberapa contoh akibat tergesa-gesa atau ngebut. Bukannya cepat, malah celaka dan boros waktu. Jangan tergesa-gesa. Jangan ngebut. Biasa saja dan tenang.

Dalam beribadah juga begitu. Tidak boleh tergesa-gesa atau terburu-buru. Karena itu tidak akan membuat kita jadi khusyuk. Tetaplah tenang meski sudah iqomah.

Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “Apabila kamu mendengar iqamah, maka pergilah shalat (berjamaah). Hendaklah kamu bersikap tenang dan tenteram, jangan tergesa-gesa. Apa yang kamu dapati, shalatlah kamu bersama mereka; dan apa yang terlewatkan (ketinggalan), maka sempurnakanlah.” [HR Bukhari]

Shalat hendaknya dilakukan dengan tenang agar khusyuk. Ada tuma’ninah atau berhenti sebentar di tiap gerakan. Tidak tergesa-gesa.

Abu Qatadah berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Apabila shalat didirikan, maka janganlah kamu berdiri sehingga kamu melihatku (dan hendaklah kamu bersikap tenang).’” [HR Bukhari]

Bahkan saat makan pun tidak boleh terburu-buru:

Anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Apabila telah dihidangkan makan malam, maka mulailah sebelum kamu shalat magrib. Janganlah kamu tergesa-gesa terhadap makan malammu.” [HR Bukhari]

Ibnu Umar berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Apabila makan malam telah dihidangkan dan iqamah untuk shalat telah diucapkan, maka dahulukanlah makan malam dan jangan terburu-buru hingga kamu selesai makan.” (Dan dalam satu riwayat: hingga ia menyelesaikan keperluannya). [HR Bukhari]

Jika terburu-buru, selain bisa keselek juga makanan tidak tercerna dengan baik dan bisa menimbulkan berbagai macam penyakit bagi tubuh kita.

Dalam membaca Al Qur’an juga tidak boleh tergesa-gesa.

“Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” [Thaahaa 114]

Manusia bersifat tergesa-gesa:

“Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.” [Al Anbiyaa’ 37]

Jika terburu-buru, sering kita zhalim kepada orang lain misalnya menyerobot antrian bahkan menabrak orang lain hingga tewas. Lampu Kuning yang harusnya merupakan tanda/isyarat bahaya agar berhenti, justru diterobos. Laju kendaraan justru dipercepat. Itu semua tak lepas dari pengaruh setan dalam diri kita.

Semoga kita semua bisa terhindar dari sifat tergesa-gesa dan bisa jadi orang yang tenang dan sabar. Karena Allah bersama orang-orang yang sabar.

http://media-islam.or.id/2010/05/11/allah-bersama-orang-yang-sabar

 

Tag:

Rahasia Hari Jum’at

Hari Jumat mempunyai kedudukan tersendiri di dalam Islam, baik dari sisi keutamaan, sejarahnya dan juga disyariatkan amal-amalan sunnah yang berlipat ganda pahalanya. Karenanya, sangat wajar jika kita menyambutnya sepenuh hati dan suka cita, bahkan Rasulullah SAW juga menyebutnya sebagai hari raya. Jumat memang hari raya pekanan, yang kadang sering terlupakan. Anda bisa mengkaji lebih jauh seputar fenomena hari raya Jumat dalam postingan saya terdahulu : Jumat Hari Raya Pekanan Kita.
Agar kita bertambah semangat dalam menyambut hari Jumat, dan mengisinya dengan sekian amal unggulan, maka perlu kita sedikit melihat apa sesungguhnya keistimewaan hari Jumat. Berikut alasan kita bergembira di hari Jumat, sesuai dengan pengabaran hadits dan riwayat shahih diantaranya sebagai berikut :
Pertama : Karena Hari Jumat sebagai hari terbaik dan bersejarah
Dari Abi Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: Hari terbaik terbitnya matahari adalah pada hari jum’at, pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu pula dimasukkan ke dalam surga dan pada hari itu tersebut dia dikeluarkan dari surga” (HR. Muslim)
Sebagai hari terbaik, maka layaklah kiranya kita menyambut dengan segenap kebaikan dalam semangat dan niatan beribadah. Harus ada yang berbeda pada hari jumat, sebagaimana sejarah dan syariat kita telah mencontohkannya.
Kedua : Karena inilah hari raya kita
Di antara keutamaan hari Jumat adalah Allah subhanahu wata’ala menjadikan hari tersebut sebagai hari raya pekanan bagi kaum muslimin. Dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya hari ini adalah hari raya, Allah menjadikannya istimewa bagi kaum muslimin, maka barangsiapa yang akan mendatangi shalat jum’at maka hendaklah dia mandi”. (Ibnu Majah)
Setiap hari raya memunculkan keceriaan dan kebahagiaan, maka mari jadikan hari Jumat ini sebagai berbagi kebahagiaan, baik kepada orang lain maupun keluarga. Pastikan sedekah tertunaikan, dan pastikan menu hari penuh kenangan.

Ketiga : Karena pada hari Jumat doa kita lebih Mustajabah
Kita berbahagia karena inilah hari terbuka peluang doa kita. Mari mengisinya dengan bermunajat kebaikan sembari melantunkan doa-doa penuh harapan, khususnya pada waktu-waktu yang mustajab sebagaimana diisyaratkan Rasulullah SAW. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah radhhiyallahu a’nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya pada hari jum’at terdapat satu saat tidaklah seorang muslim mendapatkannya dan dia dalam keadaan berdiri shalat dia meminta kepada Allah suatu kebaikan kecuali Allah memberikannya, dan dia menunjukkan dengan tangannya bahwa saat tersebut sangat sedikit. ( HR. Muslim no: 852 dan Al-Bukhari no: 5294)
Keempat : Karena dosa-dosa kecil kita diampuni pada hari Jumat
Siapa yang tidak punya dosa dalam menjalani hari-harinya ? Sungguh kita bukanlah malaikat yang bebas dari segala dosa. Setiap hari ada saja maksiat yang tanpa sengaja maupun sengaja kita jalani. Maka setiap jumat tiba, berharaplah ini menjadi momentum penggugur dosa.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : Sholat lima waktu, dari Jumat ke Jumat, dan Romadhon ke Romadhon, adalah penghapus dosa antara satu dan lainnya selama dijauhi dosa-dosa besar. (HR Muslim dan lainnya)
Selamat mengisi hari Jumat dengan amal penuh semangat.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Mei 31, 2011 inci apa kata Rasulullah SAW

 

Tag: ,

Seperti apa di dalam Surga?

(Ringkasan Hadil Arwaah Ila Biladil Afraah, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah)

***

Eksistensi Surga

Surga itu ada. Diterangkan dengan sangat jelas dalam beberapa keterangan Al-Quran dan hadits Nabi yang semuanya harus kita imani. Golongan Qadariyah dan kalangan Mutazilah beranggapan bahwa surga baru diciptakan kelak di hari akhirat. Ini adalah pendapat yang nyeleneh. Menurut Ahlu Sunnah surga itu telah diciptakan oleh Allah dengan alasan-alasan berikut ini:

1.
Dalam perjalanan miraj Nabi melihat surga (QS. An-Najm: 13-15)
2.
Dalam beberapa hadits disebutkan bahwa Allah memperlihatkan tempat duduk ahli surga atau ahli neraka saat di alam barzah; ruh orang mumin dimasukkan ke dalam surga berwujud burung yang bertengger di pohon surga; Jibril disuruh melihat surga, dll.

Pintu Surga

Keberadaan pintu gerbang surga disebutkan oleh Allah dalam surat Az-Zumar ayat 73. Sedangkan dalam hadits disebutkan bahwa luas pintu surga itu baina Makkata wa Hajaro au Hajaro wa Makkata, seperti jauhnya Makkah ke Hajar (kurang lebih 1160 km). Namun kelak akan berdesak-desakan manusia didepannya. Kunci pembuka pintu surga adalah kalimat syahadah. Jalan menuju padanya hanya satu yakni Islam (QS. Al-Anam: 153).

Walid bin Muslim dari Khalid dari Hasan menyampaikan bahwa pintu-pintu di surga itu transparan bagian dalamnya terlihat luar dan bagian luarnya terlihat dari dalam (lihat QS. Shaad: 50). Ia bisa diajak bicara, artinya bisa menutup dan membuka sesuai keinginan penghuninya.

Dimanakah Surga?

Di dalam hadits disebutkan bahwa surga itu berada di langit, tempat yang sangat tinggi. Terdiri dari 100 tingkat, setiap 2 tingkat jauhnya seperti langit dan bumi. Dan surga yang tertinggi adalah surga Firdaus. Tapi ada satu tempat yang lebih tinggi dan diperuntukkan bagi satu orang saja, tempat itu disebut Al-Wasilah. Nabi sangat berharap bahwa beliaulah yang akan menempatinya.

Nama-nama Surga

Surga itu bermacam-macam, nama-namanya disebutkan dalam Al-Quran diantaranya adalah: Al-Jannah, Darussalam (negeri sejahtera), Darul Khuldi (negeri kekal), Darul Muqamah (tempat kediaman), Jannatul Mawa (tempat tinggal), Adn, dll.

Orang yang pertama mengetuk pintu Surga

Muhammad saw adalah orang yang pertama kali mengetuk pintu surga, dan umat beliaulah yang akan pertama kali memasukinya. Ada 70.000 orang yang akan memasukinya tanpa hisab, wajahnya bagaikan rembulan, mereka masuk dengan bergandeng tangan. Siapakah mereka? Mereka adalah orang-orang yang murni ketauhidannya dan senantiasa bertawakkal kepada Allah.

Allah melimpahkan keistimewaan kepada mereka, bahwa setiap 1000 orang dari mereka dapat menyelamatkan 70.000 orang dari neraka, ditambah tiga cidukan Allah azza wa jalla. Subhanallah wallahu akbar.

Gambaran Surga

Tanah dan lumpur surga terbuat dari zafaran, berupa tepung putih beraroma kesturi dan sangat bersih. Cahaya surga itu berwarna putih, bersinar terang, aromanya semerbak. Disana terdapat gedung megah dan sungai-sungai yang mengalir. Ada istri-istri yang cantik jelita, perhiasan-perhiasan yang banyak, tanaman-tanaman, berbagai macam kesenangan dan kenikmatan di tempat yang tinggi. Siapkah Anda memasukinya? Katakan: Insya Allah.

Di surga terdapat Ghuraf yakni bangunan transfaran yang tinggi, diberikan bagi mereka yang baik ucapannya, suka memberi makan, berpuasa dan shalat malam. Juga diberikan kepada orang-orang yang membangun masjid dan tabah menghadapi ujian dan kesedihan.

Setiap mumin mengenal tempat tinggalnya di surga walaupun ia belum pernah melihat sebelumnya. Kondisi fisik orang mumin ketika memasuki surga itu mirip Adam, tingginya 60 hasta, berambut pendek, belum berjenggot, dan matanya bercelak. Tampilannya bagaikan orang berusia sekitar 30 tahun. Allah menjadikannya seperti itu walaupun ia mati dalam keadaan anak-anak atau pun tua renta.

Hidangan pertama penduduk surga adalah sekerat daging dari hati ikan paus dan minumannya adalah salsabila. Setelah itu mereka makan daging sapi jantan.

Menurut riwayat dari Nabi, aroma surga bisa dicium dari jarak 100 tahun. Tapi bagi orang-orang yang membunuh ahli dzimmah, anak-anak durhaka, pemutus hubungan, dan mereka yang menasabkan dirinya pada orang lain, tertutup baginya dari mencium aroma surga tersebut. Naudzubillah

Di surga terdapat pohon Thalhu, bidara yang durinya diganti dengan munculnya buah-buahan yang 1 butirnya memiliki 70 rasa yang berbeda. Ada juga pohon Thuba (QS. Waqiah: 31) yang naungannya sejauh perjalanan selama 100 tahun. Dari kelopak bunga pohon inilah pakaian ahli surga berasal.

Buah-buahan surga itu beraneka ragam layaknya buah-buahan di dunia (QS. Al-Baqarah: 25). Bahkan sabda Nabi menyebutkan bahwa buah-buahan dunia sebenarnya berasal dari surga, hanya saja ia berubah sedangkan buah-buahan di surga tidak berubah sama sekali.

Penduduk surga minum dari sungai-sungai di surga yang hulunya adalah dari surga Firdaus. Buah-buahannya dekat tersaji, mereka mendapatkan apa saja yang diinginkannya. Jika mereka melihat ke arah burung surga den tertarik kepadanya, maka dengan segera burung itu jatuh ke hadapannya dalam kondisi masak dan siap dimakan. Sementara itu 70 piring beragam corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya telah disiapkan. Mereka juga minum dari sungai al-kautsar yang airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu. Ia adalah minuman campuran jahe.

Tapi, meskipun makan dan minum penduduk surga itu tidak buang kotoran atau kencing. Makanan dan minumannya dikeluarkan melalui keringat dan sendawanya yang harum.

Pakaian ahli surga adalah sundus dan istabraq (sutra bulu halus dan tebal), keluar dari kelopak bunga pohon Thuba dan warnanya bermacam-macam, putih, merah, hijau, kuning, dan hitam. Mereka memakai gelang emas dan perak, mahkota intan berlian yang mutiaranya adalah yakut. Jika manusia di dunia ini melihat pakaian-pakaian tersebut, tentu mereka pingsan karena tidak tahan melihatnya.

Kasur mereka tebal dan empuk. Tempat mereka tinggal berhamparkan permadani yang sangat indah. Ada kemah yang tingginya hingga 60 mil dan setiap sudutnya terdapat istri-istrinya, ada ranjang berderetan yang berhias, bisa merendah ataupun menaik. Tapi ranjang ini bukanlah untuk tidur, karena di surga itu tidak ada tidur sebagaimana dikatakan Nabi: Tidur itu adalah saudara kematian. Ahli surga tidaklah tidur. Bagi mereka disediakan sofa al-arikah, yakni sofa pengantin yang dipaduakan dengan ranjang yang berhias. Di dalamnya mereka dilayani oleh pelayan-pelayan yang senantiasa muda.

Isteri-isteri penghuni surga itu muthahharah, yakni bersih dari haid, ingus, ludah, najis, dan tinja. Mereka disebut al-hur karena senantiasa muda, cantik, kulitnya mulus, bagian hitam matanya sangat hitam dan bagian putihnya sangat putih. Mereka tidak pernah digauli oleh siapapun sebelumnya, dipingit dan selalu perawan. Mereka disebut uruban karena selain cantik juga amat pandai berkomunikasi dan pandai memberikan kepuasan seksual kepada suaminya. Mereka disebut kawaaiba karenamaafamat montok payudaranya. Demikian disebutkan Nabi. Dan disebut huurun iin karena putih kulitnya bagai mutiara. Badan mereka transparan bagaikan yakut. Kamar mereka dari mutiara yakut dan ranjangnya dihias dengan mutiara lulu. Mereka tidak pernah bosan melakukan jima. Lelaki surga tak pernah loyo dan wanita surga tak pernah sakit. Kekuatan mereka dalam berjima adalah 100 kali lipat. Disebutkan oleh Nabi bahwa laki-laki penghuni surga itu dapat berjima dengan 100 perawan dalam
satu petang. Mereka tidak pernah lemas, syahwatnya tidak padam dan farji wanita surga tidak pernah tertutup. Di surga bisa juga terjadi kehamilan jika mereka menghendakinya. Tapi kehamilan, menyusui dan tumbuh berkembangnya itu terjadi dalam sesaat.

Ahli surga diberi 2 orang istri dari wanita dunia dan 70 orang istri dari wanita surga. Tapi wanita dunia itu lebih baik dari wanita surga disebabkan ibadahnya ketika di dunia. Di akhirat nanti wanita yang ketika di dunia pernah memiliki lebih dari 1 suami, boleh memilih mana yang menurutnya terbaik.

Di surga itu ada nyanyian (QS. Rum: 15). Menurut Yahya bin Abu Katsir al-habrah dalam ayat tersebut berarti paduan suara yang merdu. Bukan hanya itu, pohon-pohonan dan gesekan ranting-rantingnya pun menimbulkan suara-suara yang indah. Juga nyanyian bidadari untuk suaminya. Ada pula suara tasbih para malaikat yang demikian merdu.

Penghuni surga juga memiliki kendaraan berupa kuda dari mutiara yakut atau apa saja yang diinginkannya. Mereka saling berkunjung (Ash-Shafat: 50-57), penduduk surga kelas atas berkunjung ke surga kelas bawah. Tapi penduduk surga kelas bawah tidak dapat berkunjung ke surga kelas atas, kecuali mereka yang saling mencintai karena Allah. Jika mereka saling rindu, mendekatlah ranjang-ranjang mereka dan bertemu bernostalgia. Bahasa mereka adalah bahasa Arab. Setiap hari Jumat diselenggarakan pasar gratis, mereka pulang ke rumahnya masing-masing membawa apa saja yang diinginkannya.

Di surga ada juga kenaikan tingkat, yakni bagi mereka yang didoakan oleh anak-anaknya ketika di dunia. Mereka dipertemukan dan dikumpulkan oleh Allah (QS. At-Thur: 21) walaupun tidak sama derajatnya.

Begitulah gambaran sekilas tentang surga berdasarkan kabar yang disampaikan Nabi Muhammad saw.

Untuk siapakah kabar gembira ini?

1.
Orang yang beriman dan beramal shalih (QS. 2: 25)
2.
Wali-wali Allah, orang-orang yang beriman dan bertakwa (QS.Yunus: 62-64)
3.
Orang yang istiqamah dalam menghamba (QS. Fushilat: 30)
4.
Pengikut kebaikan (QS. Az-Zumar: 17-18)
5.
Orang yang beriman, berhijrah dan berjihad (QS. At-Taubah: 20-21)
6.
Orang yang mengindahkan peringatan Allah (QS. Yasin: 11)
7.
Mumin (QS. Al-Ahzab: 45-47)
8.
Syuhada (Ali Imran: 169)
9.
Orang yang berjual beli dengan Allah (QS. At-Taubah: 111)
10.
Orang yang sabar (QS. Al-Baqarah: 155-157)
11.
Orang yang khusyu dalam shalat, menjauhi hal yang sia-sia, muzaki, menjaga farji, amanah (QS. Al-Muminun: 1-11)
12.
Muslim-muslimah yang taat, jujur, sabar, khusyu, bershadaqah, berpuasa, menjaga farj, rajin berdzikir (QS. Al-Ahzab: 35)
13.
Orang yang bertaubat, memuji Allah, melawat, sujud, amar maruf nahi munkar, memelihara hokum-hukum Allah (QS. At-Taubah: 112)
14.
Orang yang berinfaq saat lapang/sempit, menahan amarah, pemaaf, istighfar (QS. Ali Imran: 133-136).
15.
Beriman dan berjihad (QS. Ash-Shaf: 10-13)
16.
Orang yang takut kepada Allah (QS. Ar-Rahman: 46)
17.
Orang yang menahan hawa nafsu (QS. An-Naziat: 40-41)

Kesimpulannya, kabar gembira ini adalah bagi mereka yang beriman, bertakwa, dan beramal ikhlas sesuai petunjuk Rasulullah saw.

Allaahumma innaa nasaluka ridhooka wal jannah, wa nauudzubika min sakhootika wa-nnaar

Yaa Allah kami memohon keridhoan-Mu dan surga, dan kami berlindung dari murka-Mu dan nerakaAmin.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Mei 31, 2011 inci apa kata Rasulullah SAW

 

Tag:

Dialog Rasulullah SAW dengan iblis

Diriwayatkan oleh Muadz bin Jabal, dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Muhammad saw pernah berdialog dengan iblis. Rasulullah mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan kehidupan kita sehari-hari.
Berikut petikannya:
Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.”
Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”
Kami menjawab: “Allah dan RasulNya yang lebih tahu.”
Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”
Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”.
Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”
Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.
Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin…”
Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?”
Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”
“Siapa yang memaksamu?”
Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:
“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri, beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. Jawablah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”
 
“Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”
 
>>Orang Yang Dibenci Iblis
Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”
Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.”
“Siapa selanjutnya?”
“Pemuda yang bertaqwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”
“Lalu siapa lagi?”
“Orang Aliim dan wara’ (Loyal)”
“Lalu siapa lagi?”
“Orang yang selalu bersuci.”
“Siapa lagi?”
“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain.”
“Apa tanda kesabarannya?”
“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar.”
” Selanjutnya apa?”
“Orang kaya yang bersyukur.”
“Apa tanda kesyukurannya?”
“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”
“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”
“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”
“Umar bin Khattab?”
“Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.”
“Usman bin Affan?”
“Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.”
“Ali bin Abi Thalib?”
“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selalu berdzikir terhadap Allah SWT)
 
>>Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis
“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?”
“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”
“Kenapa?”
“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”
“Jika seorang umatku berpuasa?”
“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”
“Jika ia berhaji?”
“Aku seperti orang gila.”
“Jika ia membaca Al-Quran?”
“Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”
“Jika ia bersedekah?”
“Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”
“Mengapa bisa begitu?”
“Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. Yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”
“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”
“Suara kuda perang di jalan Allah.”
“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”
“Taubat orang yang bertaubat.”
“Apa yang dapat membakar hatimu?”
“Istighfar di waktu siang dan malam.”
“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”
“Sedekah yang diam – diam.”
“Apa yang dapat menusuk matamu?”
“Shalat fajar.”
“Apa yang dapat memukul kepalamu?”
“Shalat berjamaah.”
“Apa yang paling mengganggumu?”
“Majelis para ulama.”
“Bagaimana cara makanmu?”
“Dengan tangan kiri dan jariku.”
“Dimanakah kau menaungi anak – anakmu di musim panas?”
“Di bawah kuku manusia.”
 
>>Manusia Yang Menjadi Teman Iblis
Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?”
“Pemakan riba.”
“Siapa sahabatmu?”
“Pezina.”
“Siapa teman tidurmu?”
“Pemabuk.”
“Siapa tamumu?”
“Pencuri.”
“Siapa utusanmu?”
“Tukang sihir.”
“Apa yang membuatmu gembira?”
“Bersumpah dengan cerai.”
“Siapa kekasihmu?”
“Orang yang meninggalkan shalat Jum’at”
“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”
“Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”
 
>>Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang Yang Ikhlas
Rasulullah SAW lalu bersabda : “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu.”
Iblis segera menimpali:
“Tidak,tidak. . tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikanku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas.”
“Siapa orang yang ikhlas menurutmu?”
“Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. “
“Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjungan, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. “
“Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.”
 
 
 
 
>>Iblis Dibantu oleh 70.000 Anak-Anaknya
“Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan.
Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk mengganggu anak – anak muda, sebagian untuk mengganggu orang -orang tua, sebagian untuk mengganggu wanta – wanita tua, sebagian anak -anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.
Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah,  tanpanya manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.
Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.
Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.
Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.”
Syaithan juga berkata, “keluarkan tanganmu”, lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya.
“Mereka, anak – anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.
Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa.
Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.”
 
>>Cara Iblis Menggoda
“Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku?
Akulah mahluk pertama yang berdusta.
Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.
Tahukah kau Muhammad?
Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar – benar menasihatinya.
Sumpah dusta adalah kegemaranku.
 
Ghibah (gossip) dan Namimah (Adu domba) kesenanganku.
Kesaksian palsu kegembiraanku.
Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata – kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. jadi semua anak – anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, CERAI.
Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur shalat. Setiap ia hendak berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia menundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkannya kemukanya.
Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya ‘lihat kiri dan kananmu’, iapun menoleh. pada saat itu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan ’shalatmu tidak sah’
Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul.
Jika ia shalat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. ia pun shalat seperti ayam yang mematuk beras.
Jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.
Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah keledai.
Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika mnguap, syaithan akan masuk ke dalam dirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia.
Dan ia pun semakin taat padaku.
Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat. Aku katakan padanya, “kamu tidak wajib shalat, shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat, orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau shalat.’
Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.
Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu.
Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?”
>>10 Hal Permintaan Iblis kepada Allah SWT
“Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?”
“10 macam”
“Apa saja?”
“Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan.”
Allah berfirman,
“Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan.” (QS Al-Isra :64)
“Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.
Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.
Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.
Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.
Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.
Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku.
Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.
Aku minta agar Allah memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.”
Allah berfirman,
“Orang -orang boros adalah saudara – saudara syaithan. ” (QS Al-Isra : 27).
“Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.
Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.
Allah menjawab, “silahkan”, dan aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat.
Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.”
Iblis berkata : “Wahai muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda.
Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun…!!!
Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah.
Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara.
Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.”
Rasulullah SAW lalu membaca ayat :
“Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT” (QS Hud :118 – 119)
juga membaca,
“Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku” (QS Al-Ahzab : 38)
Iblis lalu berkata:
“Wahai Muhammad Rasulullah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para Nabi dan Rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka, aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. dan aku tak berbohong.”
(dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas)
 

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Mei 31, 2011 inci apa kata Rasulullah SAW

 

Tag: