RSS

Arsip Bulanan: Juni 2011

Dekatkan anak anak dengan masjid

Assalamu’alaikum wr wb,

Di masjid Nabawi dan masjidil haram, bayi dan balita diajak ke masjid sehingga mereka dekat dgn masjid sejak kecil. Tak heran masjid tsb selalu full siang dan malam. Nabi sendiri sering mempersingkat bacaan agar tak merepotkan ibu2 yg membawa anak kecil.

Di Indonesia anak kecil cenderung dilarang. Bahkan jika shalat di depan sering diusir ke belakang. Akibatnya anak2 tak berani ke masjid. Dan banyak tetap begitu hingga dewasa. Tak heran masjid di Indonesia banyak yg sepi terutama waktu subuh, dzuhur, dan ashar. Ini berdasarkan pengamatan saya selama beberapa kali ke sana. Silahkan lihat foto Anak2/Balita di Masjidil Haram di sini:
http://agusnizami.wordpress.com/2011/06/17/anak-kecil-mengganggu-kekhusyukan-shalat-di-masjid/

Masjid Nabawi dan Masjidil Haram senantiasa ramai meski jam 1-2 malam.

Kebetulan 5 hari lalu saya masih di Mekkah. Sempat mendengar tangis anak2 karena di sampingnya ada tempat shalat wanita. Kemudian saat Dzuhur alhamdulillah bisa shalat di depan Ka’bah meski panas 51 derajad celsius. Namun jika fokus ibadah kpd Allah, semua itu tak terasa.

Khusyuk itu dari hati kita dalam berhubungan dgn Allah. Bukan dipengaruhi faktor luar seperti suara anak kecil, dsb. Nabi dan para sahabat dapat shalat khusyuk meski mendengar rengekan anak kecil, digigit ular, kena panah musuh, bahkan suara genderang perang musuh yg mengancam.

Di Sumbar anak2 yg belum tidur di masjid dianggap belum dewasa. Sementara di
Kalsel anak2 balita biasa dibawa shalat jama’ah di masjid. Walhasil dulu masjidnya ramai dan banyak ulama lahir dari Sumbar dan Kalsel.

Demikian pula dengan larangan tidur di masjid, sebetulnya itu menjauhkan ummat dari masjid.

Zaman Nabi ada ahli Suffah seperti Abu Hurairah yang tidur di Suffah (bagian dari Masjid). Ali ra sendiri pernah tidur di masjid.

Anas bin Malik : tiba rombongan dari Ukl menemui nabi shollallohu alaihi wasallam, mereka di tampung di shuffah (di masjid) [HR Bukhori]

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْتَ فَاطِمَةَ فَلَمْ يَجِدْ عَلِيًّا فِي الْبَيْتِ فَقَالَ أَيْنَ ابْنُ عَمِّكِ قَالَتْ كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ شَيْءٌ فَغَاضَبَنِي فَخَرَجَ فَلَمْ يَقِلْ عِنْدِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِإِنْسَانٍ انْظُرْ أَيْنَ هُوَ فَجَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هُوَ فِي الْمَسْجِدِ رَاقِدٌ فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُضْطَجِعٌ قَدْ سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ
شِقِّهِ وَأَصَابَهُ تُرَابٌ فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُهُ عَنْهُ وَيَقُولُ قُمْ أَبَا تُرَابٍ قُمْ أَبَا تُرَابٍ

Dari Sahl bin Sa’d berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke rumah Fatimah namun ‘Ali tidak ada di rumah. Beliau lalu bertanya: “Kemana putera pamanmu?” Fatimah menjawab, “Antara aku dan dia terjadi sesuatu hingga dia marah kepadaku, lalu dia pergi dan tidak tidur siang di rumah.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada seseorang: “Carilah, dimana dia!” Kemudian orang itu kembali dan berkata, “Wahai Rasulullah, dia ada di masjid sedang tidur.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatanginya, ketika itu Ali sedang berbaring sementara kain selendangnya jatuh di sisinya hingga ia tertutupi debu. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membersihkannya seraya berkata: “Wahai Abu Thurab, bangunlah. Wahai Abu Thurab, bangunlah.” [HR Bukhori Muslim]

Saat i’tikaf di mana seseorang tidak boleh keluar dari masjid kecuali ada hal yang amat penting pun menandakan bahwa tidur di masjid itu boleh. Yang penting posisinya tidak mengganggu orang shalat dan lalu lintas masjid serta yang bersangkutan tidak dalam keadaan junub.

http://omanes.blogspot.com/2011/04/tidur-di-masjid.html

Perempuan membawa anak/bayi saat shalat berjama’ah bersama Nabi:

Sahih Bukhari:
Bab Ke-65: Orang yang Meringankan Shalat Ketika Terdengar Suara Tangis Bayi

389. Abi Qatadah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, “Aku sedang mengerjakan shalat dan mau memperpanjangnya, namun aku mendengar tangis anak kecil. Lalu, aku ringkas (ringankan) shalatku, karena aku tidak senang untuk menyusahkan ibunya.”

390. Anas bin Malik berkata, “Aku tidak pernah shalat di belakang seorang imam yang shalatnya lebih ringan dan lebih sempurna daripada Nabi. Beliau memperpendek shalat apabila beliau mendengar tangis seorang bayi, karena takut ibu anak itu merasa menderita.”

391. Anas bin Malik mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, “Pada waktu mulai shalat, aku bermaksud untuk memanjangkannya. Tetapi, setelah mendengar tangis seorang bayi, aku memendekkannya. Karena, aku mengetahui betapa perasaan hati ibunya mendengar tangis bayi itu.”

“Rasulullah saw shalat bersama sahabatnya, lalu beliau sujud. Ketika itu datanglah Hasan yang tertarik melihat Rasulullah saw sedang sujud, lalu naiklah Hasan ke punggung Rsulullah SAW yang mulia saat beliau sedang sujud. Rasul memanjangkan sujudnya agar tidak menyakiti Hasan. Usai shalat, ia meminta maaf kepada jamaah shalat dan mengatakan, “anakku tadi naik ke punggungku lalu aku khawatir bila aku bangun dan menyakitinya. Maka aku menunggu sampai ia turun.” (HR. An Nasai)

Dari Abû Qatâdah radhiyallâhu’anhu, dia berkata:
“Aku melihat Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam mengimami shalat, sedangkan Umâmah bintu Abil ‘Ash, putri Zainab putri Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam, berada di atas pundak beliau.
Jika beliau rukû’, beliau meletakkannya, dan jika bangkit dari sujud beliau mengulanginya (yakni menaruh cucunya di pundaknya lagi-red)”.[HR. Bukhâri, no. 516; Muslim, no. 543, dan ini lafazh imam Muslim]

Hadits-hadits di atas menunjukkan bolehnya membawa bayi/anak dalam shalat berjama’ah.

Meski demikian, sekiranya orang tua tahu jika anaknya itu terlampau super (di luar batas kewajaran) dalam mengganggu yang jema’ah lainnya, ada baiknya mendidik anaknya sebaik-baiknya terlebih dulu sehingga tidak terlampau mengganggu.

dikutip dari DaarutTauhid YahooGroups

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Juni 30, 2011 inci apa kata Rasulullah SAW, Renungan

 

Kampung Halaman Sejati

Tahukah saudara bahwa ketika seorang Mu’min telah lulus menyelesaikan segenap rangkaian pemeriksaan atas dirinya di yaumul hisab (hari perhitungan amal), maka barulah ia diizinkan Allah memasuki Al-Jannah
(surga), negeri keabadian penuh kebahagiaan hakiki? Ia tidak diizinkan
memasuki surga bilamana terbukti ia masih mempunyai permasalahan dengan
sesama manusia, walaupun dengan Allah Ta’aala ia tidak lagi punya masalah apa-apa. Segenap dosanya yang bersifat hablun minallah telah diampuni Allah Ta’aala. Namun karena ia masih memiliki masalah hablun minannaas dengan sesama manusia, maka ia ditahan di suatu tempat dekat sekali dari baabul-jannah (pintu surga) guna menyelesaikan berbagai perkara (melakukan rekonsiliasi) dengan sesama manusia.

Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkannya sebagai berikut:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُعَلَيْهِ وَسَلَّمَيَخْلُصُ الْمُؤْمِنُونَيَوْمَ
الْقِيَامَةِ مِنْ النَّارِفَيُحْبَسُونَ عَلَى قَنْطَرَةٍبَيْنَ
الْجَنَّةِ وَالنَّارِفَيُقْتَصُّ لِبَعْضِهِمْ مِنْبَعْضٍ
مَظَالِمُكَانَتْ بَيْنَهُمْفِي الدُّنْيَا حَتَّى إِذَاهُذِّبُوا
وَنُقُّوا أُذِنَ لَهُمْفِي دُخُولِ الْجَنَّةِفَوَالَّذِي نَفْسِي
بِيَدِهِلَأَحَدُهُمْ أَهْدَى لِمَنْزِلِهِفِي الْجَنَّةِ مِنْهُ
بِمَنْزِلِهِكَانَ فِي الدُّنْيَا

Dari Abu Sa’id Al Khudri ia berkata; Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang-orang yang beriman pada
hari Kiamat selamat dari neraka, lalu mereka ditahan di jembatan antara
surga dan neraka, lalu sebagian akan diqishas atas sebagian yang lain
karena kezhaliman mereka waktu di dunia, sehingga setelah mereka
dibersihkan dan telah suci, maka barulah mereka
diizinkan memasuki surga. Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya,
seseorang di antara mereka lebih mengetahui rumahnya di surga dari pada
rumahnya di dunia.” (HR. Ahmad No. 10673)

Dalam hadits di atas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menggunakan istilah “ditahan di jembatan antara surga dan neraka”
untuk menggambarkan masih menggantungnya masalah orang-orang beriman
yang belum berhak masuk surga karena masih adanya problema antara
dirinya dengan manusia lainnya yang pernah ia zalimi. Perbuatan
menzalimi manusia lain merupakan perbuatan tercela yang sangat dibenci
Allah Ta’aala.

Dalam sebuah hadits Qudsi dikatakan sebagai berikut:
إِنِّي حَرَّمْتُ عَلَى نَفْسِيالظُّلْمَ وَعَلَى عِبَادِيأَلَا فَلَا تَظَالَمُوا

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa Allah berfirman,
“Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas
diri-Ku dan Aku mengharamkannya pula atas kalian, maka janganlah kalian
saling menzalimi.” (HR. Ahmad No. 20451)

Surga merupakan tempat yang hanya berhak dimasuki oleh hamba-hamba Allah Ta’aala yang benar-benar telah bersih dari segenap dosa, baik dosa kepada Allah Ta’aala maupun dosa kepada sesama hamba Allah. Oleh karenanya, seorang muslim senantiasa mendambakan dan mengharapkan ampunan Allah Ta’aala
sebab ia tahu bahwa jika dirinya masih mempunyai dosa niscaya ia tidak
berhak memasuki surga. Dan oleh karenanya seorang muslim sangat khawatir
bila dirinya terlibat dalam sebuah perbuatan menzalimi manusia lain,
sebab ia tahu bahwa mengharapkan maaf dari sesama manusia seringkali
lebih sulit daripada mengharapkan ampunan Allah Ta’aala yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Maka di dalam hadits di atas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan “…lalu sebagian akan diqishas atas sebagian yang lain karena kezhaliman mereka waktu di dunia…”
dan ini merupakan suatu keharusan agar si muslim yang sempat berlaku
zalim dapat menjadi bersih dari dosa tersebut sehingga layak memasuki
surga. Sebab surga hanya menerima mereka yang bersih dan suka
membersihkan diri. Oleh karenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selanjutnya berkata, “…maka barulah mereka diizinkan memasuki surga.”

Lalu terakhir Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan bahwa “Demi
Dzat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, seseorang di antara mereka
lebih mengetahui rumahnya di surga dari pada rumahnya di dunia.” Si mukmin kemudian berhak memasuki surga Allah Ta’aala dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
menggambarkan bahwa ketika si mukmin menginjakkan kakinya ke dalam
surga tiba-tiba kakinya membawa tubuhnya melangkah menuju kediamannya di
surga lebih mengetahui, mantap dan yakin daripada ia melangkahkan
kakinya pulang ke rumahnya sewaktu hidup di dunia. Subhanallah…

Jadi, saudaraku, surga memang benar-benar kampung halaman sejati orang-orang beriman. Sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sampai perlu bersumpah demi Allah Ta’aala
Dzat yang jiwanya berada di dalam genggamanNya, ketika menggambarkan
hal tersebut. Sewaktu di dunia seseorang setelah pulang dari dinas luar
kota tentu sangat rindu pulang ke rumahnya agar berkumpul dengan anak
dan istrinya. Boleh jadi kerinduannya sedemikian rupa malah menyebabkan
dirinya sampai kehilangan arah alias tersesat pulang ke rumahnya
sendiri. Hal ini tidak bakal terjadi ketika seorang mu’min memasuki
pintu surga lalu melangkahkan kakinya menuju rumah sejatinya, kampung
halaman sejatinya.

Sungguh bahagianya bila seseorang dapat memasuki pintu surga lalu
berkumpul kembali bersama keluarganya dan anak-keturunannya di kampung
halaman sejati orang-orang beriman.

Allah Ta’aala berfirman di dalam Kitabullah Al-Qur’anul Karim:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْذُرِّيَّتُهُمْ
بِإِيمَانٍأَلْحَقْنَا بِهِمْذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ
مِنْعَمَلِهِمْمِنْ شَيْءٍكُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka
mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan anak cucu mereka dengan
mereka (di dalam surga), dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari
pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya.” (QS. Ath-Thuur [52] : 21).

Allah Ta’aala berfirman di dalam Kitabullah Al-Qur’anul Karim:
وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ
لِلْمُتَّقِينَغَيْرَبَعِيدٍهَذَا مَا تُوعَدُونَلِكُلِّ
أَوَّابٍحَفِيظٍمَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَبِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ
مُنِيبٍادْخُلُوهَا بِسَلامٍذَلِكَ يَوْمُ الْخُلُودِ
Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada
tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu,
(yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi
memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut
kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan
dia datang dengan hati yang bertobat, masukilah surga itu dengan aman,
itulah hari kekekalan. (QS. Qaaf [50] : 32-34 )

Ya Allah, masukkanlah kami beserta keluarga dan anak-cucu kami ke dalam RahmatMu dan SurgaMu.
sumber : eramuslim.com

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Juni 29, 2011 inci apa kata Rasulullah SAW, Renungan

 

Hati yang keras adalah hati yang paling jauh dari ALLAH

Wahai Manusia, kau tangisi tubuh yang sakit, kau tangisi jasad yg telah mati. Namun pernahkah engkau MENANGISI HATIMU YG (mungkin) TELAH MATI ?

Ibnul Qayyim mengatakan
“Tatkala mata telah mengalami kekeringan disebabkan tdk pernah menangis karena takut kepada ALLAH, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kekeringan mata itu bersumber dari kerasnya Hati. Hati yg keras adalah hati yg paling jauh dr ALLAH.”

Abdullah bin Mas’ud berkata
“Binasalah org yang tidak mempunyai hati yang bisa mengenal kebaikan & menolak kemungkaran”

“Dan apabila kamu membaca Al-Qur’an, niscaya Kami adakan antara kamu & org2 yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup. Dan Kami adakan tutupan diatas hati mereka & sumbatan ditelinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Qur’an, niscaya mereka berpaling kebelakang karena membencinya.”
[QS. Al-Isra’ : 45-46]

“Ketahuilah di dalam jasad ada segumpal daging. Apabila baik maka baiklah seluruh jasadnya, dan apabila rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah, dia adalah HATI.”
(HR. Bukhari & Muslim)

ALLAH Ta’ala berfirman :
“Agar Dia menjadikan apa2 gangguan setan itu sebagai cobaan bagi orang2 yg di dalam hatinya ada penyakit.” (Al-Hajj:53)

Syaikh As-Sa’di berkata
“Kerasnya hati termasuk hukuman yang paling parah yang menimpa manusia.
Ayat2 & peringatan tdk lagi bermanfaat baginya. Dia tidak merasa takut melakukan kejelekan & tidak terpacu melakukan kebaikan, sehingga petunjuk (ilmu) yang sampai kepadanya bukan menambah kebaikannya tetapi justru menambah buruk keadaannya.”

لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

Mari jagalah hati kita, supaya tetap lembut & peka, selalu instropeksi diri dgn melakukan perbaikan2, membuka diri utk menerima nasihat demi meningkatkan kebaikan2.
InsyaAllah kita dijauhkan dari kerasnya & sakitnya hati (iri dengki).
آمــــــــــــــــــين يا رب العالمين

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Juni 28, 2011 inci Renungan

 

“Tidaklah kehidupan dunia kecuali tipuan belaka.”

“Wamaa hayaatuddunyaa illaa mataa’ul guruur”

“Tidaklah kehidupan dunia kecuali tipuan belaka.”

Seseorg mau membeli sepeda, kemudian dia mendatangi toko sepeda. Ketika sedang menawar sebuah model sepeda, seorg temannya datang. Temannya mengatakan sepeda itu tidak bagus. Dia katakan ini sepeda yg paling bagus. Temannya katakan bukan, ini paling jelek. Dia katakan ini bagus. Mereka berbantah2an, satu katakan bagus, yg lain katakan jelek. Akhirnya temannya itu menariknya keluar dr toko itu dan berkata : kamu tau gak kenapa aku katakan sepeda itu jelek? Dia bilang : tidak. Temannya berkata : aku tau sepeda itu jelek karena aku yg buat, aku pemilik pabrik sepeda itu. Demikian juga hari ini, Allah SWT yg menciptakan dunia dan berfirman bahwa dunia ini buruk, hanya tipuan, tp manusia seperti pembeli sepeda itu, tidak percaya kpd Pencipta dunia ini.

Bayan Subuh, Ijtima 25/6/11 – Maulana Mubinul Haq, Pakistan

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Juni 25, 2011 inci Renungan, Stories

 

Tag:

Pesan Malaikat Maut untuk Nabi Ya’kub

Pesan Malaikat Maut untuk Nabi Ya
Nabi Yakub adalah putra Nabi Ishak dan cucu Nabi Ibrahim. Ia dikenal juga dengan nama Isra’il, sehingga anak keturunannya disebut Bani Isra’il. Konon, Nabi Yakub bersaudara dengan Malaikat Maut.

Suatu hari, Malaikat Maut datang mengunjungi Nabi Yakub. Melihat kedatangan malaikat itu, Nabi Yakub bertanya, “Wahai Malaikat Maut, engkau datang untuk mencabut nyawaku atau hanya sekedar berkunjung?”

“Aku datang hanya untuk berkunjung saja,” jawab Malaikat Maut.

“Baiklah kalau begitu,” kata Nabi Yakub. Dalam percakapan selanjutnya, Nabi Yakub bertanya pada Malaikat Maut, “Bolehkah aku memohon satu permintaan kepadamu?”

“Apa permintaanmu, wahai Nabi Allah?”

“Jika sudah tiba waktunya nanti, ketika engkau telah diutus untuk mencabut nyawaku, tolong berilah tanda kepadaku sebelumnya.”

“Baiklah,” jawab Malaikat Maut menyanggupi permintaan Nabi Yakub.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun pun berganti tahun. Malaikat Maut datang kembali dan bertemu Nabi Yakub. Seperti biasa, Nabi Yakub bertanya, “Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku atau sekedar berkunjung?”

“Kali ini aku diutus untuk mencabut nyawamu.”

“Bukankah engkau telah berjanji untuk memberi tanda sebelum saat ini terjadi?” kata Nabi Yakub.

“Benar, dan aku telah melakukan itu. Hanya saja kamu tak menyadarinya. Bukankah kemarin aku datang menjemput keponakanmu, sementara engkau berada di sana?” Ia kemudian melanjutkan, “Aku pun telah mengirim utusan kepadamu. Rambutmu yang dulu hitam kini telah memutih. Tubuhmu yang dulu kekar dan kuat kini melemah. Dulu kamu berjalan dengan tubuh tegak sekarang menjadi bungkuk. Tidakkah kau sadar, semua itu adalah utusanku pada anak Adam sebelum ajal menjemputnya?” « [imam]

: Dinukil dari kitab al-Buka’ min Khasyatillah karangan Syaikh Abdurrahman as-Sinjari. Juga kisah dari kitab Zahri Riyadh.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Juni 23, 2011 inci Stories

 

Tag: ,

6 langkah hentikan pertengkaran kakak-adik

KOMPAS.com – Anak-anak Anda sering bertengkar dan berkelahi? Tidak hanya emosi Anda yang habis, pekerjaan rumah kadang ikut terbengkalai karena harus melerai mereka. Baca enam langkah ini untuk mengatasi anak-anak yang bertengkar, dan bagaimana membuat mereka jadi lebih akur.
Langkah 1: Berpikir dengan kepala dinginJangan terbawa emosi dan langsung membela salah satu anak. Cobalah mengamati pertengkaran mereka dan berpikir lebih objektif. Anak-anak sering bertengkar akan banyak hal. Bisa karena tidak mau berbagi mainan, atau hanya karena ingin mendapat perhatian dari orangtua. Bisa karena mereka punya pandangan yang berbeda, atau hanya karena mereka kesal harus berbagi apa yang dimiliki setiap hari. Yang perlu Anda ingat, kebanyakan pertengkaran antarsaudara sebenarnya tidak akan merusak hubungan mereka. Di menit ini mungkin mereka akan berebut potongan Lego berwarna merah, tapi pada menit berikutnya mereka akan akur dengan sendirinya setelah salah satu menyadari bahwa ia lebih suka Lego berwarna biru.
Langkah 2: Jangan ada penontonFakta membuktikan, anak-anak akan bertengkar lebih lama dan lebih menjadi-jadi apabila ada orang lain di antara mereka, terutama orangtuanya. Anda pasti sering mengalami ketika anak sulung Anda melontarkan ejekan kepada adiknya hingga kesal, tapi tatapan matanya selalu tertuju pada Anda. Itu adalah salah satu tandanya. Atau, salah satu akan mengadu agar Anda akhirnya turun tangan dan menyelesaikan persoalan. Memang itu sebenarnya yang mereka inginkan, tapi sebaiknya tidak Anda lakukan. Lebih baik, tinggalkan ruangan dan katakan mereka untuk menyelesaikan masalah itu sendiri. Dijamin tak lama kemudian mereka akan berhenti berteriak satu sama lain.
Langkah 3: Ketahui kapan harus memberi solusiKetika waktunya Anda harus menyelesaikan pertikaian antara anak-anak, terlebih dulu Anda perlu mengamati pola pertengkaran mereka. Apa, sih, yang jadi bahan pertengkaran mereka? Berebut komputer atau acara TV? Selesaikan dengan cara membuat jadwal penggunaan komputer dan TV. Atau mereka selalu berkelahi ketika Anda sedang sibuk memasak? Libatkan mereka dalam pekerjaan Anda. Sering berebut menempati tempat duduk tertentu di mobil? Tentukan tempat mereka secara spesifik dan katakan kapan mereka bisa saling bertukar tempat. Intinya, Anda perlu menemukan hal-hal pemancing persoalan dan setelahnya menyusun rencana untuk mencegahnya.
Langkah 4: Ajarkan mereka bernegosiasiMintalah mereka untuk berkompromi ketika sedang mempertengkarkan suatu hal. Sebagai awal, Anda bisa mengajarkannya dengan cara mendudukkan mereka di sebelah kiri dan kanan Anda, lalu berikan mereka pilihan. Apakah mereka mau menyelesaikan sendiri atau diselesaikan orangtua. Kalau diselesaikan orangtua, artinya apa pun yang diputuskan orangtua harus diterima, meski tidak suka. Namun jika ingin menyelesaikan sendiri, persilakan mereka mencari mana yang terbaik bagi mereka berdua sehingga pada akhirnya semua senang. Orangtua hanya menjadi mediator yang memberi saran. Setelah beberapa lama, pada akhirnya anak-anak akan terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri.
Langkah 5: Alihkan perhatian merekaAda kalanya anak-anak berkelahi hanya karena hal-hal yang remeh, seperti menggoda adik dengan wajah yang aneh. Kalau ini yang terjadi, lebih baik Anda mengalihkan perhatian mereka dengan meminta bantuan mengerjakan sesuatu, seperti mengambilkan dompet di kamar. Dengan sendirinya pertengkaran akan reda.
Langkah 6: Puji perilaku baik merekaMeski sering bertengkar, ada kalanya mereka bisa bermain bersama. Ini saatnya bagi Anda untuk memberitahu mereka betapa bangganya Anda akan perilaku baik ini. Buatkan kue untuk mereka dan katakan bahwa Anda senang melihat mereka akur seperti itu. Mereka akan berusaha untuk lebih akur agar Anda kembali memuji mereka

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Juni 14, 2011 inci akhlak sehari hari

 

Bersabar itu Indah

By: M. Agus Syafii

Sepanjang kehidupan kita, ujian & cobaan datang silih berganti karena makna kehidupan itu sendiri adalah bagaimana menghadapinya. Ujian & cobaan kehidupan adalah tantangan yang akan memilah mana orang yang tahan uji dan mana orang yang lemah, Mana orang yang beriman dan mana orang tidak beriman. Bagi seorang mukmin kehidupan akan selalu mendatangkan  keberuntungan karena ia bersyukur ketika memperoleh nikmat dan bersabar ketika menghadapi kesulitan. Sebaliknya orang tak beriman selalu tak beruntung, ketika memperoleh nikmat ia lupa diri dan ketika menghadapi kesulitan berat ia lupa ingatan. Sabar ialah tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi cobaan dan rintangan, dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka mencapai tujuan. Islam mengajarkan bersabar itu indah.

Pertama, tahan ketika menghadapi hantaman pertama. Rasulullah pernah bersabda, Innamassabru indassad matil uulaa. Artinya: Sabar yang sesungguhnya ialah ketika menghadapi hantaman pertama.

Kedua, ketika ditimpa musibah, segera mengingat Allah dan mohon ampunannya. Firman Allah, ‘(Orang-orang yang sabar ialah) mereka yang ketika ditimpa musibah, berkata, ‘sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Nya.’ (al Baqarah: 156).

Ketiga, tidak menampakkan musibahnya kepada orang lain, seperti yang dicontohkan oleh istri Abu Talkhah (Ummu Sulaim) ketika ditinggal mati anaknya. (dikisahkan dalam hadis Riwayat Muslim).

Keempat, sabar menghadapi semua cobaan dengan ikhlas kepada Allah. Allah berfirman dalam hadis Qudsy, ‘HambaKu yang mukmin, yang bersabar dengan pasrah kepadaKu ketika kekasihnya Aku panggil kembali (mati), kepadanya tak ada balasan yang layak dari Ku selain surga.’ (HR. Bukhari)

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Juni 9, 2011 inci akhlak sehari hari, Renungan

 

Tag: